Klik
Pengertian Hujan Asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena
karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebeut juga deposisi asam. Deposisi
asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi
kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang
ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena
pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu
deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena
angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis
ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika
turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam.
Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun
ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat
terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara
yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis
asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Penyebab Hujan Asam / Deposisi Asam
Lehr et. Al ( 2005) membagi 3 jenis polutan utama yang menyebabkan
terjadinya hujan asam yaitu sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx)
dan volatile organic compounds (VOCs) atau zat-zat organic yang mudah
menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami diudara sebagian besar
sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti di El
Chichon tahun 1982 atau Gunung Pinatubo pada tahun 1991. Hidrokarbon
juga dapat menyebabkan hujan asam, asam karboksilik, HCOO, dan asam
metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil dari oksidasi emisi biota laut
maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari
pembakaran batubara (Tjasyono, 2004, Lehr et. Al, 2005,) dan berasal
dari emisi industri. Pada tahun 1983 United Nations Environment
Programme memperkirakan besarnya sulfur yang dilepaskan antara 80-288
juta ton tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya berasal dari
aktivitas manusia. (http://www.ace.mmu.ac.uk, 2010).
Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi,
sumber dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas
stratosfer-troposfer, dan pembakaran biomassa. NO merupakan hasil
pembakaran bahan bakar hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari
biomassa. besarnya oksida nitrogen yang dilepaskan antara 20-90 juta
ton tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton diantaranya berasal
dari aktivitas manusia (http://www.ace.mmu.ac.uk), 2010). Amoniak
dihasilkan dari emisi pupuk. Sumber-sumber pencemar ini berasar dari
pembuangan asap mesin (kendaraan bermotor dan stasiun pembangkit energy)
dan pembakaran biomassa (Tjasyono, 2004). Produksi N2O (termasuk CO2,
HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah kaca
dimana N2O memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer
sebelum terurai (Crutzen, 1987 dalam Lehr et. Al ( 2005).
Pembentukan Hujan Asam
Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es
kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri
dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang
dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah
bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam
lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan
meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di
dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita
melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan
nitrogen oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan
bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama
meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri
kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber
ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama
hujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan
pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih
luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangipolusi lokal
berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki
jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang
jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung
memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya
populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi
ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu
pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi
enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga
mengikat logam beracun seperi alumuniumdi danau. Alumunium akan
menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar
insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang
menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan
lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak
tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar
menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan
mineral-mineral penting menjadi hilang. Ion-ion beracun yang terlepas
akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di
air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar
alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.
Cara Pengukuran Hujan Asam
Hujan asam diukur menggunakan skala pH, air murni memiliki pH sekitar 7
sedangkan hujan yang normal bersifat agak asam karena adanya kandungan
karbon dioksida yang terlarut didalamnya sehingga pH-nya sekitar 5,5.
Pengukuran hujan asam dapat menggunakan botol, kemudian air hujan
ditampung dalam botol tersebut. Dengan menggunakan indicator pH maka
tingkat kebasaan maupun keasaman hujan dapat diketahui. Jika ingin
mengetahui pengaruh hujan asam pada batuan sesuatu yang dapat dilakukan
adalah menampung air hujan pada botol dengan corong terbalik, kemudian
air yang tertampung diteteskan pada batuan yang diuji. Pengujian dapat
dilakukaan pada batuan beku dan batuan sedimen. Sebagai contoh batuan
beku yang diambil untuk sampel adalah batu andesit sedangkan batu
sedimen berupa batu gamping. Sifat batu granit yang sudah asam maka
ketika terkena tetes air hujan yang asam, batu tersebut tidak ikut
terlarut. Sebaliknya, pada batu gamping yang memiliki sifat basa, maka
batu gamping akan terlarut dan air yang melarutkan batu tersebut menjadi
keruh.
Dampak Hujan Asam/Deposisi Asam
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan
bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam
memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species
yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang
paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika
didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan
hilang.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang
akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan
oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan
dan mati.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap
hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat
pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat
spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies
hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan)
semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena
kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan
menyebabkan kepunahan spesies.
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa
material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton
serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta
monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan
sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan
yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan
merusak batuan.
Upaya Pengendalian Hujan Asam/Deposisi Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat
pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas
buangan dan penghematan energi.
Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Pengendalian Setelah Pembakaran
Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
0 komentar:
Posting Komentar